September 2017 - MAKE YOUR DREAMS

Hot

Post Top Ad

Minggu, 10 September 2017

Biodata Rizki Ganda Putra Panjaitan

18.59 0
Untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia:

Review Pengalaman Unik Rizki Ganda Putra Panjaitan

                Hari pertama mata kuliah Bahasa Indonesia dimulai dengan dosen pembimbing yang masih muda, Ibu Siti Nur Fitriani, memberikan pelajaran pertama kepada mahasiswa untuk mencari teman kelas untuk bercengkrama pengalaman yang unik dan pada saat itu saya mendapatkan sesosok laki-laki bernama rizki Ganda Putra Panjaitan. Nama yang terlalu unik untuk menceritakan pengalaman yang unik. hehe
                Rizki Ganda Putra Panjaitan menceritakan pengalaman uniknya diwaktu SMA, dalam masa orientasi sekolah adalah awal ceritanya. Berjalan sendiri bukan berarti jomblo walaupun memang jomblo. Belum lama Ganda Putra bercerita, dalam benak saya merasa heran mengapa Ganda Putra berjalan sendirian, dan mengapa tidak berdua. Berlanjut pada ceritanya yang penuh percaya diri, saat itu keadaan siswa baru sedang di dalam ruang kelas, salah satu anggota OSIS menunjuk Ganda Putra untuk mr=enceritakan tentang dirinya didepan teman-teman barunya. Teriakan badai dari teman-teman karena dibuat tertawa olehnya mendengar Ganda Putra di lahirkan ditangga. Mendengar ceritanya saya juga heran dan penuh pertanyaan yang ingin saya ungkapkan. Namun, semua pertanyaan saya kabur mendengar nama tangga yang dikatakan Ganda Putra adalah nama sebuah desa di daerahnya. Sekian.
Read More

Biodata Diri

05.10 0
Profil Saya:
Hay.. Nama Saya Aan Kurniawan

Assalamu ‘allaikum Wr. Wb

Aan Kurniawan, itulah sebutan nama yang terucap dari bibir orang tuaku pada tanggal 3 Mei 1998, terlahir dari rahim seorang ibu bernama Misriyati dengan seorang ayah yang bernama Supriyanto. Sosok malaikat yang diberikan amanah oleh Allah untuk menjaga dan merawat titipan-Nya. Ibu bekerja sebagai wiraswasta dan ayah bekerja sebagai petani tidak menyurutkan semangat mereka mengantarkan putranya menuju pendidikan tinggi.
Kota Purbalingga, kota perwira sebagai julukan tempat kelahiranku yang terletak di Jawa Tengah, kota sejarah yang mana lahir seorang perwira tinggi yaitu Panglima Besar Jenderal Soedirman. Puluhan tahun saya bersemayam di salah satu desa terpencil nan ramai yang ada di Kota Purbalingga, Desa Makam, terdengar menyeramkan jika dikatakan sebagai desa. Namun, tidak seperti yang dibayangkan memang itulah nama desanya.
Pendidikan saya diawali dari Taman Kanak Pertiwi 1 Makam, masuk pada umur 4 tahun dan kemudian pada tahun berikutnya saya melanjutkan ke sekolah dasar. Tidak sesuai nyatanya dengan mengingat di usia saya yang masih 5 tahun saya belum diperbolehkan melanjutkan ke sekolah dasar sehingga saya sekolah di Taman Kanak selama 2 tahun. Setelah menyelesaikan taman kanak selama 2 tahun akhirnya saya disekolahkan orang tua di SD Negeri 2 Makam. Enam tahun pendidikan saya dilalui dengan lancarnya tanpa bermimpi untuk mempunyai prestasi yang tinggi. Selesainya 6 tahun sekolah di Sekolah dasar kemudian saya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yakni di SMP Negeri 2 Rembang. Lagi dan lagi saya masih sama seperti sebelumnya, tanpa hambatan pendidikan saya di SMP diakhiri dengan kata lulus dalam kurun waktu 3 tahun dan untuk kedua kalinya karier pendidikan saya lancar tanpa bermimpi untuk mempunyai prestasi yang tinggi.
Rembang, bukan nama kota melainkan nama salah satu kecamatan yang ada di Kota Purbalingga, di kecamatan inilah saya meniti karier pendidikan dari Taman Kanak (TK) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Memasuki umur 16 tahun saya berorientasi untuk mengembangkan diri dan menambah wawasan pengalaman dengan cara melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Bobotsari, jauh dari kecamatan saya saat ini, dengan jarak kurang lebih 21 kilometer dari Kecamatan Rembang. Semi kota, itu sebutan yang biasa diungkapkan teman-temanku. Pendidikan SMA saya lalui dengan mengambil jurusan IPS di kelas 11 dengan jumlah kelas IPS ada 5, karier pendidikan saya tidak terlihat perubahan signifikan saat itu dan seperti biasa dengan slogan ‘pendidikan saya lancar tanpa bermimpi untuk mempunyai prestasi yang tinggi’.
Namun, menginjak kelas 12 saya mengalami perubahan yang begitu signifikan, saya merasa mudah belajar, mudah menghapal dan apa yang saya pelajari saat itu juga langsung tertanam di otak saya, mungkin karena niat dan tekad yang kuat saya untuk belajar dengan serius mengingat masuk perguruan tinggi bukan suatu hal yang mudah, mungkin juga ini adalah doa-doa yang dipanjatkan orang tua saya dari dulu kala di seperpertiga malam yang menginginkan anaknya agar sukses. Mungkin ini memang zona waktu yang diberikan-Nya untuk saya, ditambah dengan  telinga ini mendengar salah satu kelas di jurusan IPS dijuluki sebagai kelas unggulan. Tidak masuknya saya ke dalam kelas unggulan itu juga salah satu pemicu semangat belajar dalam diriku, berkomitmen untuk menjadi lebih baik dan terbaik.
Keinginanku kuliah di PKN STAN sempat diremehkan banyak orang dengan berbagai statement bahwa saya itu tidak mampu, kemudian keluar kata-kata saya, kita dan kami tidak mungkin bisa masuk Politaknik Keuangan Negara STAN, apalagi tidak ada sejarah bahwa anak IPS dari SMA Negeri 1 Bobotasari itu bisa kuliah di PKN STAN. Pada akhirnya perkembanganku mulai terlihat dari hari ke hari, mulai dari ulangan tengah semester (UTS), Ulangan Akhir Semester (UAS), Try Out dan Ujian Nasional.
  Peringkat besar Ujian Nasional IPS tingkat kota dapatku raih. Menjadi lebih baik dan terbaik diantara yang terbaik dari kelas yang telah diunggulkan, dan menjadi mahasiswa di Politeknik Keuangan Negara STAN. Terima kasih teman-teman saya telah menjadi motivasi dalam hidup saya, tanpa kalian dan nama SMA ini mungkin saya tidak akan bisa seperti ini.
Inilah peran Yang Maha Kuasa dalam membagiakan zona waktu pada umat-Nya. Nilai yang membahagiakanku itu tidak bertahan lama, nilai yang saya bangga-banggakan tak mampu membawaku masuk dalam dunia perkuliahan, tidak mampu membawaku menjadi mahasiswa kampus, nilai yang saya dapatkan hanya sebatas angka, dan menariknya apa yang saya kejar itu tidak ada yang menarik, sekali lagi nilai hanyalah angka, kebahagiaan semu. Dan jawabannya adalah ilmu, memang seharusnya ilmu, nilai itu merupakan ekor dari ilmu.
Tanggal 28 dan 29 berurutan adalah pengumuman akhir lolosnya saya ke dunia perkuliahan, PKN STAN dan SBMPTN. Pada hari yang berurutan itu menyatakan semua seleksi saya gagal hingga membuatku merasa menjadi manusia yang paling sengsara di muka bumi. Pada akhirnya saya masuk melalui jalur mandiri dan dinyatakan lolos S1 Manajemen Universitas Negeri Semarang.
Tahun 2017 saya mencoba USM PKN STAN untuk kedua kalinya dan dinyatakan lolos di D I kepabeanan dan cukai. Sekali lagi saya katakan, saya telah menjadi mahasiswa Politaknik Keuangan Negara STAN pada tahun 2017.

Wassalamu ‘allaikum Wr. Wb.

Read More

Post Top Ad